Kamis, 01 Maret 2012

Memahami Teori Komunikasi: Pendekatan, Pengertian, Kerangka Analisis, dan Perspektif

Menurut Littlejohn, dalam bukunya "Theories of Human Communication", secara umumdunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat dibagi dalam 3 kelompok atau aliran pendekatan, yaitu: pendekatan scientific (ilmiah - empiris), pendekatan humanistic (humanoria interperatif), serta pendekatan social sciences (ilmu - ilmu sosial). 

Aliran pendekatan scientific umumnya berlaku di kalangan para ahli ilmu - ilmu eksakta (seperti fisika, biologi, kedokteran, matematika, dll). Menurut pandangan ini ilmu diasosiasikan dengan objektivitas. Maksudnya adalah objektivitas yg menekankan prinsip standarisasi observasi dan konsistensi. Landasan filosofisnya adalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan struktur.
Ciri utama lainnya dari kelompok pendekatan ini adalah adanya pemisahan yg tegas antara known (objek atau hal yg ingin diketahui dan diteliti) dan knower (subjek pelaku/pencari pengetahuan atau pengamat)
Apabila aliran pendekatan scientific mengutamakan prinsip objektivitas, maka kelompok pendekatan humanistic mengasisiasikan ilmu dengan prinsip subjektivitas. perbedaan - perbedaan pokok antara kedua aliran pendekatan ini antara lain sebagai berikut:
  1. Aliran scientific, ilmu bertujuan untuk menstandarisasi observasi, sedangkan aliran humanistic mengutamakan kreativitas individual.
  2. Aliran scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaan - perbedaan pandangan tentang hasil pengamatan, sementara aliran humanistic bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif individual.
  3. Aliran scientific memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yg berada di sana (out there), di luar diri pengamat/peneliti. Sedangkan aliran humanistic melihat ilmu pengetahuannya sebagai sesuatu yg berada di sini (in here), berarti dalam diri pengamat/peneliti (pemikiran, interpretasi)
  4. Aliran scientific memfokuskan perhatiannya pada dunia hasil penemuan (discovered world), sedangkan aliran humanistic menitikberatkan perhatiannya pada dunia para penemunya (discovering person).
  5. Aliran scientific berupaya memperoleh konsensus, sementara aliran humanistic mengutamakan interpretasi - interpretasi alternatif.
  6. Aliran scientific membuat pemisahan yg tegas antara known dan knower, sedangkan aliran humanistic cenderung tidak memisahkan kedua hal tersebut.


Teori Komunikasi
Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian, yaitu:
  1. Teori adalah abstraksi dan realitas
  2. Teori terdiri dari sekumpulan prinsip - prinsip dan definisi - definisi yg secara konseptual mengorganisasikan aspek - aspek dunia empiris secara sistematis
  3. Teori terdiri dari asumsi - asumsi, proposisi  - proposisi, dan aksioma - aksioma dasar yg saling berkaitan
  4. Teori terdiri dari teorema - teorema, yakni generalisasi - generalisasi yg diterima / terbukti secara empiris
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori pada dasarnya merupakan "konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena". Teori memiliki 2 ciri umum, yaitu:
  1. Semua teori adalah "abstraksi" mengenai suatu hal. Dengan demikian teori sifatnya terbatas.
  2. Semua teori adalah konstruksi ciptaan individual manusia. Oleh sebab itu sifatnya relatif tergantung pada cara pandang si pencipta teori.
Berdasarkan uraian diatas, secara sederhana teori komunikasi pada dasarnya merupakan "Konseptualisasi atau penjelasan logis tentang fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia".

Menurut Littlejohn, penjelasan dalam teori berdasarkan pada "prinsip keperluan" (the principle of necessity), yakni suatu penjelasan yg menerangkan variabel - variabel apa yg kemungkinan di perlukan untuk menghasilkan sesuatu. Selanjutnya Littlejohn menjelaskan bahwa prinsip keperluan ini ada 3 macam: (1) casual necessity (keperluan kasual); (2) practical necessity (keperluan praktis); (3) logical necessity (keperluan logis).

Sifat dan tujuan teori menurut Abraham Kaplan (1964), adalah bukan semata untuk menemukan fakta yg tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta merepresentasikan fakta tersebut. Suatu teori harus sesuai dengan dunia ciptaan Tuhan, dalam arti dunia yg sesuai dengan ciri yg dimilikinya sendiri.

Menurut Littlejohn, fungsi teori ada 9, yaitu:
  1. Mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan tentang suatu hal. Ini berarti bahwa dalam hal mengamati realitas kita tidak boleh melakukannya secara sepotong - sepotong.
  2. Memfokuskan, artinya hal - hal atau aspek - aspek dari suatu objek yg diamati harus jelas fokusnya.
  3. Menjelaskan, maksudnya adalah bahwa teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yg diamatinya.
  4. Pengamatan, menunjukkan bahwa teori tidak saja menjelaskan tentang apa yg sebaiknya diamati, tetapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya.
  5. Membuat prediksi, meskipun kejadian yg diamati berlaku pada masa lalu, namun berdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuat suatu perkiraan ttentang kadaan yg akan terjadi apabila hal - hal yg digambarkan oleh teori juga tercerminkan dalam kehidupan di masa sekarang.
  6.  Fungsi heuristic atau heurisme. Aksioma umum menyebutkan bahwa teori yg baik adalah teori yg mampu merangsang penelitian. Ini berarti bahwa teori yg diciptakan dapat merangsang timbulnya upaya - upaya penelitian selanjutnya.
  7. Komunikasi, menunjukkan bahwa teori seharusnya tidak menjadi monopoli si penciptanya. Teori harus di publikasiikan, didiskusikan, dan terbuka terhadap kritikan - kritikan.
  8. Fungsi kontrol, bersifat normatif. Hal ini dikarenakan bahwa asumsi - asumsi teori dapat kemudian berkembang menjadi norma - norma atau nilai - nilai yg dipegang dalam kehidupan sehari - hari.
  9. Fungsi Generatif, fungsi ini sangat menonjol di kalangan pendukung tradisi / aliran pendekatan interperatif dan teori kritis.
 Proses pengembangan atau pembentukan teori umumnya mengikuti model pendekatan eksperimental yg lazim dipergunakan dalam ilmu pengetahuan alam. Menurut pendekatan ini, biasa disebut hypothetico - deductive method (metode hipotetis-deduktif), proses pengembangan teori melibatkan empat tahap sebagai berikut:
  1. Developing questions (mengembangkan pertanyaan).
  2. Forming hypotheses (menyusun hipotesis).
  3. Testing the hypotheses (menguji hipotesis).
  4. Formulating theory (memformulasikan teori).
Proses dari keempat tahap pengembangan teori ini dijelaskan oleh Littlejohn sebagai berikut:
Gambar di atas menunjukkan bahwa pertama, asumsi - asumsi teori dideduksi menjadi hipotesis. Kemudian hipotesis ini dirinci lagi ke dalam konsep - konsep operasional yg dapat dijadikan sebagai patokan untuk pengamatan / observasi. Berdasarkan hasil - hasil temuan pengamatan yg dilakukan melalui metode dan pengukuran tertentu, kemudian dibuat generalisasi - generalisasi. Dan dari generalisasi - generalisasi ini akhirnya diinduksi menjadi teori.

Ada beberapa patokan yg dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengevaluasi kesahihan teori, yaitu:
  1. Cakupan Teoretis (theoretical scope). Dengan demikian persoalan pokok di sini adalah apakah suatu teori yg dibangun memiliki prinsip generality atau keberlakuan umum.
  2. Kesesuaian (appropriateness), yakni apakah isi teori sesuai dengan pertanyaan - pertanyaan / permasalahan - permasalahan teoretis yg diteliti.
  3. Heuristic. Pertanyaannya adalah apakah suatu teori yg dibentuk punya potensi untuk menghasilkan penelitian atau teori - teori lainnya yg berkaitan.
  4. Validitas (validity) atau konsistensi internal dan eksternal. Konsistensi internal mempersoalkan apakah konsep dan penjelasan teori konsisten dengan pengamatan. Konsistensi eksternal mempertanayakan apakah teori yg dibentuk didukung oleh teori - teori lainnya yg telah ada.
  5. Parsimony (kesederhanaan). Inti pemikirannya adalah bahwa teori yg baik adalah teori yg berisikan penjelasan - penjelasan yg sederhana.

    Lingkup teori komunikasi



    Pengertian dan ruang lingkup Komunikasi
    Komunikasi berarti membuat menjadi sama
    Dedy Mulyana: Komunikasi menyarankan bahwa pikiran suatu makna atau pesan di anut secara bersama
    Definisi komunikasi: Usaha manusia menyampaikan isi pertanyaan atau pesan kepada manusia lain.
    Fungsi komunikasi
    Menyatakan dan mendukung identitas diri
    Mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, berperilaku sesuai dengan apa yang kita inginkan
    Mengendalikan lingkungan fisik & psikologis
    Menyelesaikan masalah
    Memuaskan rasa penasaran
    Menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain
    Menunjukan ikatan dengan orang lain
    Memutuskan untuk melakukan dan tidak melakukan sesuatu
    Meningkatkan kesadaran pribadi, kesadran fisik
    Mengembangkan keberadaan suatu masyarakat
    Konseptualitas komunikasi
    - Komunikasi sebagai tindakan satu arah
    - Komunikasi sebagai interaksi
    - Komunkasi sebagai transaksi (verbal dan non verbal)
    Prinsip prinsip komunikasi
    Prinsip 1 = Komunikasi adalah suatu proses simbolik.
    - Lambang atau simbol sesuatu yang di gunakan untuk menunjukan sesuatu
    - Lambang atau simbol muncul karena kesepakatan bersama
    - Lambang meliputi verbal dan non verbal
    Prinsip 2 = Bersifat lambang
    - Sembarangan
    - Tidak memiliki makna, kita yang memaknai lambang tersebut
    - Bervariasi
    Prinsip 3 = Komunikasi setiap perilaku mempunyai potensi khusus
    Prinsip 4 = Kumunikasi memeiliki dimensi isi (ditujukan secara verbal & non verbal tentang apa yang dikatakan)
    Prinsip 5 = Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkatan kesengajaan meskipun kesengajaan bukan syarat utama
    Prinsip 6 = Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
    Prinsip 7 = Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
    Prinsip 8 = Komunikasi bersifat sistematik
    Prinsip 9 = Semakim mirip latar belakang sosial budaya nya semakin efektif sebuah komunikasi
    Prinsip 10= Komunikasi bersifat non sekuensial
    Prinsip 11= Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
    Prinsip 12= Komunikasi bersifat irresvisible
    Prinsip 13= Komunikasi bukan panasean untuk menyelesaikan masalah
    Organisasi
    Suatu kesatuan sosial dari kelompok manusia yang saling beriteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota oraganisasi memiliki tugas dan fungsi, masing masing mempunyai tujuan tertentu dan batasan yang jelas sehingga bisa di pisahkan secara tegas dari lingkungan. Organisasi ada dua macam, Organisasi Formal dan organisasi informal.
    Komunikasi dalam organisasi
    - Komunikasi ibarat darah manusia dalam tubuh
    - Komunikasi sebagai perekat organisasi
    - Komunikasi sebagai minyak pelumas yang melicinkan fungsi organisasi
    - Komunikasi sebagai pengikat sistem
    Fungsi komunikasi dalam organisasi
    - Proaksi dan regulasi
    - Menentukan tujuan organisasi
    - Menentukan area permasalahan
    - Mengevakuasi performa
    - Memberikan komando, instruksi, memimpin, dan mempengaruhi inovasi
    - Mendapatkan informasi baru
    - Cara mengkomunikasikan susuatu yang baru dalam sosialisasi dan perbaikan
    - Harga diri anggota
    Komunikasi dalam organisasi
    - Downward communication (atasan ke bawahan)
    - Peer horizontal communication (satu level)
    - Upward communication (Bawahan – Atasan)


    Cakupan/Ruang Lingkup Komunikasi

    Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Dimensi Komunikasi menyatakan bahwa ruang lingkup/cakupan komunikasi sebagai berikut :

    1. Bentuk Komunikasi :
    a) Personnal Communication (Komunikasi Pribadi) :
    Intrapersonnal Communication (Komunikasi Intrapribadi)
    Interpersonnal Communication (Komunikasi Interpersonal)
    b) Group Communication (Komunikasi Kelompok) :
    Small Group Communication (Lecture, Panel Discussion, Symposium, Seminar,
    Brainstorming, Ect.)Large Group Communication / Public Speaking.
    c) Mass Communication (Komunikasi Massa dengan medianya Pers, Radio, TV, Film,
    dsb.)
    2. Sifat Komunikasi :
    a) Verbal            : Oral (Ucapan),Written (Tulisan)
    b) Non-verbal  :Kinesikal (bahasa tubuh),Gestural (gerak-gerik tubuh),Postural (sikap tubuh),Facial Expressions (akspresi muka),Symbolic Cloting (pakaian symbol),Signal (Bel, Bedug, Morse, Simapore),Pictorial (Poster, Billboard,Rambu-rambu lalu lintas)
    3. Teknik Komunikasi :
     Journalism,Public Relations,Advertising,Exhibition / Exposition,Propaganda,Publicity Etc.
    4. Metoda Komunikasi :
     Informative Communication
     Persuasive Communication
     Coersive / Intructive Communication
    5. Fungsi Komunikasi :
     Public Information,Publik Education,Publik Persuasion,Publik Entertaiment
    6. Tujuan Komunikasi : Social Change / Social Participation,Attitude Change,Opinion,Change,Behaviour Change
    7. Model Komunikasi :
     One Step Flow Communication
     Two Step Flow Communication
     Multi Step Flow Communication
    8. Bidang Komunikasi :
     Social Communication,Managemen Communication,Bussiness Communication,Political Communication,Cultural Communication,Traditional Communication,International Communication.
    9. Sistem Komunikasi :
    • Social Responsibility System
    • Authoritian System
    10. Interaksi Komunikasi :
    • Komunikasi Sosial
    • Komunikasi Media (1994 : 10 –
    11)


    sumber : kutipan buku Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph. D.
Menurut Littlejohn, dalam bukunya "Theories of Human Communication", secara umumdunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat dibagi dalam 3 kelompok atau aliran pendekatan, yaitu: pendekatan scientific (ilmiah - empiris), pendekatan humanistic (humanoria interperatif), serta pendekatan social sciences (ilmu - ilmu sosial). 

Aliran pendekatan scientific umumnya berlaku di kalangan para ahli ilmu - ilmu eksakta (seperti fisika, biologi, kedokteran, matematika, dll). Menurut pandangan ini ilmu diasosiasikan dengan objektivitas. Maksudnya adalah objektivitas yg menekankan prinsip standarisasi observasi dan konsistensi. Landasan filosofisnya adalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan struktur.
Ciri utama lainnya dari kelompok pendekatan ini adalah adanya pemisahan yg tegas antara known (objek atau hal yg ingin diketahui dan diteliti) dan knower (subjek pelaku/pencari pengetahuan atau pengamat)
Apabila aliran pendekatan scientific mengutamakan prinsip objektivitas, maka kelompok pendekatan humanistic mengasisiasikan ilmu dengan prinsip subjektivitas. perbedaan - perbedaan pokok antara kedua aliran pendekatan ini antara lain sebagai berikut:
  1. Aliran scientific, ilmu bertujuan untuk menstandarisasi observasi, sedangkan aliran humanistic mengutamakan kreativitas individual.
  2. Aliran scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaan - perbedaan pandangan tentang hasil pengamatan, sementara aliran humanistic bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif individual.
  3. Aliran scientific memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yg berada di sana (out there), di luar diri pengamat/peneliti. Sedangkan aliran humanistic melihat ilmu pengetahuannya sebagai sesuatu yg berada di sini (in here), berarti dalam diri pengamat/peneliti (pemikiran, interpretasi)
  4. Aliran scientific memfokuskan perhatiannya pada dunia hasil penemuan (discovered world), sedangkan aliran humanistic menitikberatkan perhatiannya pada dunia para penemunya (discovering person).
  5. Aliran scientific berupaya memperoleh konsensus, sementara aliran humanistic mengutamakan interpretasi - interpretasi alternatif.
  6. Aliran scientific membuat pemisahan yg tegas antara known dan knower, sedangkan aliran humanistic cenderung tidak memisahkan kedua hal tersebut.

Rabu, 29 Februari 2012

Memahami Teori Komunikasi Pendekatan, Pengertian, Kerangka Teori Analisis dan Perspektif

1. Pemahaman Konseptual: Pendekatan dan Pengertian

Menurut  Littlejohn, dalam bukunya Theoris of Human Communication, secara umum dunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat di bagi dalam 3 kelompok aliran pendekatan. ketiga kelompok tersebut adalah pendekatan scientific, pendekatan humanistic, serta pendekatan social sciences.
Pendekatan yang pertama menekankan pentingnya objektivitas yang di dasarkan atas standarisasi observasi. Pendekayan ini juga membuat pemisahan yang tegas antara known dan knower. Pendekatan ini lazim dugunakan dalam ilmi-ilmu eksakta.

Pendekatan kedua mengasosiasikan ilmu dengan prinsip "subjektivitas". Ilmu, menurut pendekatan ini merupakan suatu hasil interprestasi subjektif yang berada di dalam diri peneliti.

pendekatan ketiga inilah yang diterapkan dalam ilmu pengetahuam sosial, termasuk ilmu komunikasi. Dalam perkembangan sekarang ini, pendekatan yang ketiga ini terbagi dalam dua kubu: ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral science) dan ilmu pengetahuan sosial (social science).



Apabila aliran pendekatan scientific mengutamakan prinsip objektivitas, maka kelompok pendekatan humanistic mengasisiasikan ilmu dengan prinsip subjektivitas. perbedaan - perbedaan pokok antara kedua aliran pendekatan ini antara lain sebagai berikut:
  1. Aliran scientific, ilmu bertujuan untuk menstandarisasi observasi, sedangkan aliran humanistic mengutamakan kreativitas individual.
  2. Aliran scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaan - perbedaan pandangan tentang hasil pengamatan, sementara aliran humanistic bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif individual.
  3. Aliran scientific memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yg berada di sana (out there), di luar diri pengamat/peneliti. Sedangkan aliran humanistic melihat ilmu pengetahuannya sebagai sesuatu yg berada di sini (in here), berarti dalam diri pengamat/peneliti (pemikiran, interpretasi)
  4. Aliran scientific memfokuskan perhatiannya pada dunia hasil penemuan (discovered world), sedangkan aliran humanistic menitikberatkan perhatiannya pada dunia para penemunya (discovering person).
  5. Aliran scientific berupaya memperoleh konsensus, sementara aliran humanistic mengutamakan interpretasi - interpretasi alternatif.
  6. Aliran scientific membuat pemisahan yg tegas antara known dan knower, sedangkan aliran humanistic cenderung tidak memisahkan kedua hal tersebut.





Teori Komunikasi
Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian, yaitu:
  1. Teori adalah abstraksi dan realitas
  2. Teori terdiri dari sekumpulan prinsip - prinsip dan definisi - definisi yg secara konseptual mengorganisasikan aspek - aspek dunia empiris secara sistematis
  3. Teori terdiri dari asumsi - asumsi, proposisi  - proposisi, dan aksioma - aksioma dasar yg saling berkaitan
  4. Teori terdiri dari teorema - teorema, yakni generalisasi - generalisasi yg diterima / terbukti secara empiris
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori pada dasarnya merupakan "konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena". Teori memiliki 2 ciri umum, yaitu:
  1. Semua teori adalah "abstraksi" mengenai suatu hal. Dengan demikian teori sifatnya terbatas.
  2. Semua teori adalah konstruksi ciptaan individual manusia. Oleh sebab itu sifatnya relatif tergantung pada cara pandang si pencipta teori.
Berdasarkan uraian diatas, secara sederhana teori komunikasi pada dasarnya merupakan "Konseptualisasi atau penjelasan logis tentang fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia".

Menurut Littlejohn, penjelasan dalam teori berdasarkan pada "prinsip keperluan" (the principle of necessity), yakni suatu penjelasan yg menerangkan variabel - variabel apa yg kemungkinan di perlukan untuk menghasilkan sesuatu. Selanjutnya Littlejohn menjelaskan bahwa prinsip keperluan ini ada 3 macam: (1) casual necessity (keperluan kasual); (2) practical necessity (keperluan praktis); (3) logical necessity (keperluan logis).

Sifat dan tujuan teori menurut Abraham Kaplan (1964), adalah bukan semata untuk menemukan fakta yg tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta merepresentasikan fakta tersebut. Suatu teori harus sesuai dengan dunia ciptaan Tuhan, dalam arti dunia yg sesuai dengan ciri yg dimilikinya sendiri.

Menurut Littlejohn, fungsi teori ada 9, yaitu:
  1. Mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan tentang suatu hal. Ini berarti bahwa dalam hal mengamati realitas kita tidak boleh melakukannya secara sepotong - sepotong.
  2. Memfokuskan, artinya hal - hal atau aspek - aspek dari suatu objek yg diamati harus jelas fokusnya.
  3. Menjelaskan, maksudnya adalah bahwa teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yg diamatinya.
  4. Pengamatan, menunjukkan bahwa teori tidak saja menjelaskan tentang apa yg sebaiknya diamati, tetapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya.
  5. Membuat prediksi, meskipun kejadian yg diamati berlaku pada masa lalu, namun berdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuat suatu perkiraan ttentang kadaan yg akan terjadi apabila hal - hal yg digambarkan oleh teori juga tercerminkan dalam kehidupan di masa sekarang.
  6.  Fungsi heuristic atau heurisme. Aksioma umum menyebutkan bahwa teori yg baik adalah teori yg mampu merangsang penelitian. Ini berarti bahwa teori yg diciptakan dapat merangsang timbulnya upaya - upaya penelitian selanjutnya.
  7. Komunikasi, menunjukkan bahwa teori seharusnya tidak menjadi monopoli si penciptanya. Teori harus di publikasiikan, didiskusikan, dan terbuka terhadap kritikan - kritikan.
  8. Fungsi kontrol, bersifat normatif. Hal ini dikarenakan bahwa asumsi - asumsi teori dapat kemudian berkembang menjadi norma - norma atau nilai - nilai yg dipegang dalam kehidupan sehari - hari.
  9. Fungsi Generatif, fungsi ini sangat menonjol di kalangan pendukung tradisi / aliran pendekatan interperatif dan teori kritis.
 Proses pengembangan atau pembentukan teori umumnya mengikuti model pendekatan eksperimental yg lazim dipergunakan dalam ilmu pengetahuan alam. Menurut pendekatan ini, biasa disebut hypothetico - deductive method (metode hipotetis-deduktif), proses pengembangan teori melibatkan empat tahap sebagai berikut:
  1. Developing questions (mengembangkan pertanyaan).
  2. Forming hypotheses (menyusun hipotesis).
  3. Testing the hypotheses (menguji hipotesis).
  4. Formulating theory (memformulasikan teori).
Proses dari keempat tahap pengembangan teori ini dijelaskan oleh Littlejohn sebagai berikut:
Gambar di atas menunjukkan bahwa pertama, asumsi - asumsi teori dideduksi menjadi hipotesis. Kemudian hipotesis ini dirinci lagi ke dalam konsep - konsep operasional yg dapat dijadikan sebagai patokan untuk pengamatan / observasi. Berdasarkan hasil - hasil temuan pengamatan yg dilakukan melalui metode dan pengukuran tertentu, kemudian dibuat generalisasi - generalisasi. Dan dari generalisasi - generalisasi ini akhirnya diinduksi menjadi teori.

Ada beberapa patokan yg dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengevaluasi kesahihan teori, yaitu:
  1. Cakupan Teoretis (theoretical scope). Dengan demikian persoalan pokok di sini adalah apakah suatu teori yg dibangun memiliki prinsip generality atau keberlakuan umum.
  2. Kesesuaian (appropriateness), yakni apakah isi teori sesuai dengan pertanyaan - pertanyaan / permasalahan - permasalahan teoretis yg diteliti.
  3. Heuristic. Pertanyaannya adalah apakah suatu teori yg dibentuk punya potensi untuk menghasilkan penelitian atau teori - teori lainnya yg berkaitan.
  4. Validitas (validity) atau konsistensi internal dan eksternal. Konsistensi internal mempersoalkan apakah konsep dan penjelasan teori konsisten dengan pengamatan. Konsistensi eksternal mempertanayakan apakah teori yg dibentuk didukung oleh teori - teori lainnya yg telah ada.
  5. Parsimony (kesederhanaan). Inti pemikirannya adalah bahwa teori yg baik adalah teori yg berisikan penjelasan - penjelasan yg sederhana.

Lingkup teori komunikasi

Pengertian dan ruang lingkup Komunikasi
Komunikasi berarti membuat menjadi sama
Dedy Mulyana: Komunikasi menyarankan bahwa pikiran suatu makna atau pesan di anut secara bersama
Definisi komunikasi: Usaha manusia menyampaikan isi pertanyaan atau pesan kepada manusia lain.
Fungsi komunikasi
Menyatakan dan mendukung identitas diri
Mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, berperilaku sesuai dengan apa yang kita inginkan
Mengendalikan lingkungan fisik & psikologis
Menyelesaikan masalah
Memuaskan rasa penasaran
Menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain
Menunjukan ikatan dengan orang lain
Memutuskan untuk melakukan dan tidak melakukan sesuatu
Meningkatkan kesadaran pribadi, kesadran fisik
Mengembangkan keberadaan suatu masyarakat
Konseptualitas komunikasi
- Komunikasi sebagai tindakan satu arah
- Komunikasi sebagai interaksi
- Komunkasi sebagai transaksi (verbal dan non verbal)
Prinsip prinsip komunikasi
Prinsip 1 = Komunikasi adalah suatu proses simbolik.
- Lambang atau simbol sesuatu yang di gunakan untuk menunjukan sesuatu
- Lambang atau simbol muncul karena kesepakatan bersama
- Lambang meliputi verbal dan non verbal
Prinsip 2 = Bersifat lambang
- Sembarangan
- Tidak memiliki makna, kita yang memaknai lambang tersebut
- Bervariasi
Prinsip 3 = Komunikasi setiap perilaku mempunyai potensi khusus
Prinsip 4 = Kumunikasi memeiliki dimensi isi (ditujukan secara verbal & non verbal tentang apa yang dikatakan)
Prinsip 5 = Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkatan kesengajaan meskipun kesengajaan bukan syarat utama
Prinsip 6 = Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Prinsip 7 = Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Prinsip 8 = Komunikasi bersifat sistematik
Prinsip 9 = Semakim mirip latar belakang sosial budaya nya semakin efektif sebuah komunikasi
Prinsip 10= Komunikasi bersifat non sekuensial
Prinsip 11= Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Prinsip 12= Komunikasi bersifat irresvisible
Prinsip 13= Komunikasi bukan panasean untuk menyelesaikan masalah
Organisasi
Suatu kesatuan sosial dari kelompok manusia yang saling beriteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota oraganisasi memiliki tugas dan fungsi, masing masing mempunyai tujuan tertentu dan batasan yang jelas sehingga bisa di pisahkan secara tegas dari lingkungan. Organisasi ada dua macam, Organisasi Formal dan organisasi informal.
Komunikasi dalam organisasi
- Komunikasi ibarat darah manusia dalam tubuh
- Komunikasi sebagai perekat organisasi
- Komunikasi sebagai minyak pelumas yang melicinkan fungsi organisasi
- Komunikasi sebagai pengikat sistem
Fungsi komunikasi dalam organisasi
- Proaksi dan regulasi
- Menentukan tujuan organisasi
- Menentukan area permasalahan
- Mengevakuasi performa
- Memberikan komando, instruksi, memimpin, dan mempengaruhi inovasi
- Mendapatkan informasi baru
- Cara mengkomunikasikan susuatu yang baru dalam sosialisasi dan perbaikan
- Harga diri anggota
Komunikasi dalam organisasi
- Downward communication (atasan ke bawahan)
- Peer horizontal communication (satu level)
- Upward communication (Bawahan – Atasan)


Cakupan/Ruang Lingkup Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Dimensi Komunikasi menyatakan bahwa ruang lingkup/cakupan komunikasi sebagai berikut :

1. Bentuk Komunikasi :
a) Personnal Communication (Komunikasi Pribadi) :
Intrapersonnal Communication (Komunikasi Intrapribadi)
Interpersonnal Communication (Komunikasi Interpersonal)
b) Group Communication (Komunikasi Kelompok) :
Small Group Communication (Lecture, Panel Discussion, Symposium, Seminar,
Brainstorming, Ect.)Large Group Communication / Public Speaking.
c) Mass Communication (Komunikasi Massa dengan medianya Pers, Radio, TV, Film,
dsb.)
2. Sifat Komunikasi :
a) Verbal            : Oral (Ucapan),Written (Tulisan)
b) Non-verbal  :Kinesikal (bahasa tubuh),Gestural (gerak-gerik tubuh),Postural (sikap tubuh),Facial Expressions (akspresi muka),Symbolic Cloting (pakaian symbol),Signal (Bel, Bedug, Morse, Simapore),Pictorial (Poster, Billboard,Rambu-rambu lalu lintas)
3. Teknik Komunikasi :
 Journalism,Public Relations,Advertising,Exhibition / Exposition,Propaganda,Publicity Etc.
4. Metoda Komunikasi :
 Informative Communication
 Persuasive Communication
 Coersive / Intructive Communication
5. Fungsi Komunikasi :
 Public Information,Publik Education,Publik Persuasion,Publik Entertaiment
6. Tujuan Komunikasi : Social Change / Social Participation,Attitude Change,Opinion,Change,Behaviour Change
7. Model Komunikasi :
 One Step Flow Communication
 Two Step Flow Communication
 Multi Step Flow Communication
8. Bidang Komunikasi :
 Social Communication,Managemen Communication,Bussiness Communication,Political Communication,Cultural Communication,Traditional Communication,International Communication.
9. Sistem Komunikasi :
• Social Responsibility System
• Authoritian System
10. Interaksi Komunikasi :
• Komunikasi Sosial
• Komunikasi Media (1994 : 10 – 11)



sumber : buku kutipan sasa djuarsa sebdjaja, Ph. D