Kamis, 01 Maret 2012

Memahami Teori Komunikasi: Pendekatan, Pengertian, Kerangka Analisis, dan Perspektif

Menurut Littlejohn, dalam bukunya "Theories of Human Communication", secara umumdunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat dibagi dalam 3 kelompok atau aliran pendekatan, yaitu: pendekatan scientific (ilmiah - empiris), pendekatan humanistic (humanoria interperatif), serta pendekatan social sciences (ilmu - ilmu sosial). 

Aliran pendekatan scientific umumnya berlaku di kalangan para ahli ilmu - ilmu eksakta (seperti fisika, biologi, kedokteran, matematika, dll). Menurut pandangan ini ilmu diasosiasikan dengan objektivitas. Maksudnya adalah objektivitas yg menekankan prinsip standarisasi observasi dan konsistensi. Landasan filosofisnya adalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan struktur.
Ciri utama lainnya dari kelompok pendekatan ini adalah adanya pemisahan yg tegas antara known (objek atau hal yg ingin diketahui dan diteliti) dan knower (subjek pelaku/pencari pengetahuan atau pengamat)
Apabila aliran pendekatan scientific mengutamakan prinsip objektivitas, maka kelompok pendekatan humanistic mengasisiasikan ilmu dengan prinsip subjektivitas. perbedaan - perbedaan pokok antara kedua aliran pendekatan ini antara lain sebagai berikut:
  1. Aliran scientific, ilmu bertujuan untuk menstandarisasi observasi, sedangkan aliran humanistic mengutamakan kreativitas individual.
  2. Aliran scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaan - perbedaan pandangan tentang hasil pengamatan, sementara aliran humanistic bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif individual.
  3. Aliran scientific memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yg berada di sana (out there), di luar diri pengamat/peneliti. Sedangkan aliran humanistic melihat ilmu pengetahuannya sebagai sesuatu yg berada di sini (in here), berarti dalam diri pengamat/peneliti (pemikiran, interpretasi)
  4. Aliran scientific memfokuskan perhatiannya pada dunia hasil penemuan (discovered world), sedangkan aliran humanistic menitikberatkan perhatiannya pada dunia para penemunya (discovering person).
  5. Aliran scientific berupaya memperoleh konsensus, sementara aliran humanistic mengutamakan interpretasi - interpretasi alternatif.
  6. Aliran scientific membuat pemisahan yg tegas antara known dan knower, sedangkan aliran humanistic cenderung tidak memisahkan kedua hal tersebut.


Teori Komunikasi
Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian, yaitu:
  1. Teori adalah abstraksi dan realitas
  2. Teori terdiri dari sekumpulan prinsip - prinsip dan definisi - definisi yg secara konseptual mengorganisasikan aspek - aspek dunia empiris secara sistematis
  3. Teori terdiri dari asumsi - asumsi, proposisi  - proposisi, dan aksioma - aksioma dasar yg saling berkaitan
  4. Teori terdiri dari teorema - teorema, yakni generalisasi - generalisasi yg diterima / terbukti secara empiris
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori pada dasarnya merupakan "konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena". Teori memiliki 2 ciri umum, yaitu:
  1. Semua teori adalah "abstraksi" mengenai suatu hal. Dengan demikian teori sifatnya terbatas.
  2. Semua teori adalah konstruksi ciptaan individual manusia. Oleh sebab itu sifatnya relatif tergantung pada cara pandang si pencipta teori.
Berdasarkan uraian diatas, secara sederhana teori komunikasi pada dasarnya merupakan "Konseptualisasi atau penjelasan logis tentang fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia".

Menurut Littlejohn, penjelasan dalam teori berdasarkan pada "prinsip keperluan" (the principle of necessity), yakni suatu penjelasan yg menerangkan variabel - variabel apa yg kemungkinan di perlukan untuk menghasilkan sesuatu. Selanjutnya Littlejohn menjelaskan bahwa prinsip keperluan ini ada 3 macam: (1) casual necessity (keperluan kasual); (2) practical necessity (keperluan praktis); (3) logical necessity (keperluan logis).

Sifat dan tujuan teori menurut Abraham Kaplan (1964), adalah bukan semata untuk menemukan fakta yg tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta merepresentasikan fakta tersebut. Suatu teori harus sesuai dengan dunia ciptaan Tuhan, dalam arti dunia yg sesuai dengan ciri yg dimilikinya sendiri.

Menurut Littlejohn, fungsi teori ada 9, yaitu:
  1. Mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan tentang suatu hal. Ini berarti bahwa dalam hal mengamati realitas kita tidak boleh melakukannya secara sepotong - sepotong.
  2. Memfokuskan, artinya hal - hal atau aspek - aspek dari suatu objek yg diamati harus jelas fokusnya.
  3. Menjelaskan, maksudnya adalah bahwa teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yg diamatinya.
  4. Pengamatan, menunjukkan bahwa teori tidak saja menjelaskan tentang apa yg sebaiknya diamati, tetapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya.
  5. Membuat prediksi, meskipun kejadian yg diamati berlaku pada masa lalu, namun berdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuat suatu perkiraan ttentang kadaan yg akan terjadi apabila hal - hal yg digambarkan oleh teori juga tercerminkan dalam kehidupan di masa sekarang.
  6.  Fungsi heuristic atau heurisme. Aksioma umum menyebutkan bahwa teori yg baik adalah teori yg mampu merangsang penelitian. Ini berarti bahwa teori yg diciptakan dapat merangsang timbulnya upaya - upaya penelitian selanjutnya.
  7. Komunikasi, menunjukkan bahwa teori seharusnya tidak menjadi monopoli si penciptanya. Teori harus di publikasiikan, didiskusikan, dan terbuka terhadap kritikan - kritikan.
  8. Fungsi kontrol, bersifat normatif. Hal ini dikarenakan bahwa asumsi - asumsi teori dapat kemudian berkembang menjadi norma - norma atau nilai - nilai yg dipegang dalam kehidupan sehari - hari.
  9. Fungsi Generatif, fungsi ini sangat menonjol di kalangan pendukung tradisi / aliran pendekatan interperatif dan teori kritis.
 Proses pengembangan atau pembentukan teori umumnya mengikuti model pendekatan eksperimental yg lazim dipergunakan dalam ilmu pengetahuan alam. Menurut pendekatan ini, biasa disebut hypothetico - deductive method (metode hipotetis-deduktif), proses pengembangan teori melibatkan empat tahap sebagai berikut:
  1. Developing questions (mengembangkan pertanyaan).
  2. Forming hypotheses (menyusun hipotesis).
  3. Testing the hypotheses (menguji hipotesis).
  4. Formulating theory (memformulasikan teori).
Proses dari keempat tahap pengembangan teori ini dijelaskan oleh Littlejohn sebagai berikut:
Gambar di atas menunjukkan bahwa pertama, asumsi - asumsi teori dideduksi menjadi hipotesis. Kemudian hipotesis ini dirinci lagi ke dalam konsep - konsep operasional yg dapat dijadikan sebagai patokan untuk pengamatan / observasi. Berdasarkan hasil - hasil temuan pengamatan yg dilakukan melalui metode dan pengukuran tertentu, kemudian dibuat generalisasi - generalisasi. Dan dari generalisasi - generalisasi ini akhirnya diinduksi menjadi teori.

Ada beberapa patokan yg dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengevaluasi kesahihan teori, yaitu:
  1. Cakupan Teoretis (theoretical scope). Dengan demikian persoalan pokok di sini adalah apakah suatu teori yg dibangun memiliki prinsip generality atau keberlakuan umum.
  2. Kesesuaian (appropriateness), yakni apakah isi teori sesuai dengan pertanyaan - pertanyaan / permasalahan - permasalahan teoretis yg diteliti.
  3. Heuristic. Pertanyaannya adalah apakah suatu teori yg dibentuk punya potensi untuk menghasilkan penelitian atau teori - teori lainnya yg berkaitan.
  4. Validitas (validity) atau konsistensi internal dan eksternal. Konsistensi internal mempersoalkan apakah konsep dan penjelasan teori konsisten dengan pengamatan. Konsistensi eksternal mempertanayakan apakah teori yg dibentuk didukung oleh teori - teori lainnya yg telah ada.
  5. Parsimony (kesederhanaan). Inti pemikirannya adalah bahwa teori yg baik adalah teori yg berisikan penjelasan - penjelasan yg sederhana.

    Lingkup teori komunikasi



    Pengertian dan ruang lingkup Komunikasi
    Komunikasi berarti membuat menjadi sama
    Dedy Mulyana: Komunikasi menyarankan bahwa pikiran suatu makna atau pesan di anut secara bersama
    Definisi komunikasi: Usaha manusia menyampaikan isi pertanyaan atau pesan kepada manusia lain.
    Fungsi komunikasi
    Menyatakan dan mendukung identitas diri
    Mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, berperilaku sesuai dengan apa yang kita inginkan
    Mengendalikan lingkungan fisik & psikologis
    Menyelesaikan masalah
    Memuaskan rasa penasaran
    Menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain
    Menunjukan ikatan dengan orang lain
    Memutuskan untuk melakukan dan tidak melakukan sesuatu
    Meningkatkan kesadaran pribadi, kesadran fisik
    Mengembangkan keberadaan suatu masyarakat
    Konseptualitas komunikasi
    - Komunikasi sebagai tindakan satu arah
    - Komunikasi sebagai interaksi
    - Komunkasi sebagai transaksi (verbal dan non verbal)
    Prinsip prinsip komunikasi
    Prinsip 1 = Komunikasi adalah suatu proses simbolik.
    - Lambang atau simbol sesuatu yang di gunakan untuk menunjukan sesuatu
    - Lambang atau simbol muncul karena kesepakatan bersama
    - Lambang meliputi verbal dan non verbal
    Prinsip 2 = Bersifat lambang
    - Sembarangan
    - Tidak memiliki makna, kita yang memaknai lambang tersebut
    - Bervariasi
    Prinsip 3 = Komunikasi setiap perilaku mempunyai potensi khusus
    Prinsip 4 = Kumunikasi memeiliki dimensi isi (ditujukan secara verbal & non verbal tentang apa yang dikatakan)
    Prinsip 5 = Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkatan kesengajaan meskipun kesengajaan bukan syarat utama
    Prinsip 6 = Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
    Prinsip 7 = Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
    Prinsip 8 = Komunikasi bersifat sistematik
    Prinsip 9 = Semakim mirip latar belakang sosial budaya nya semakin efektif sebuah komunikasi
    Prinsip 10= Komunikasi bersifat non sekuensial
    Prinsip 11= Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
    Prinsip 12= Komunikasi bersifat irresvisible
    Prinsip 13= Komunikasi bukan panasean untuk menyelesaikan masalah
    Organisasi
    Suatu kesatuan sosial dari kelompok manusia yang saling beriteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota oraganisasi memiliki tugas dan fungsi, masing masing mempunyai tujuan tertentu dan batasan yang jelas sehingga bisa di pisahkan secara tegas dari lingkungan. Organisasi ada dua macam, Organisasi Formal dan organisasi informal.
    Komunikasi dalam organisasi
    - Komunikasi ibarat darah manusia dalam tubuh
    - Komunikasi sebagai perekat organisasi
    - Komunikasi sebagai minyak pelumas yang melicinkan fungsi organisasi
    - Komunikasi sebagai pengikat sistem
    Fungsi komunikasi dalam organisasi
    - Proaksi dan regulasi
    - Menentukan tujuan organisasi
    - Menentukan area permasalahan
    - Mengevakuasi performa
    - Memberikan komando, instruksi, memimpin, dan mempengaruhi inovasi
    - Mendapatkan informasi baru
    - Cara mengkomunikasikan susuatu yang baru dalam sosialisasi dan perbaikan
    - Harga diri anggota
    Komunikasi dalam organisasi
    - Downward communication (atasan ke bawahan)
    - Peer horizontal communication (satu level)
    - Upward communication (Bawahan – Atasan)


    Cakupan/Ruang Lingkup Komunikasi

    Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Dimensi Komunikasi menyatakan bahwa ruang lingkup/cakupan komunikasi sebagai berikut :

    1. Bentuk Komunikasi :
    a) Personnal Communication (Komunikasi Pribadi) :
    Intrapersonnal Communication (Komunikasi Intrapribadi)
    Interpersonnal Communication (Komunikasi Interpersonal)
    b) Group Communication (Komunikasi Kelompok) :
    Small Group Communication (Lecture, Panel Discussion, Symposium, Seminar,
    Brainstorming, Ect.)Large Group Communication / Public Speaking.
    c) Mass Communication (Komunikasi Massa dengan medianya Pers, Radio, TV, Film,
    dsb.)
    2. Sifat Komunikasi :
    a) Verbal            : Oral (Ucapan),Written (Tulisan)
    b) Non-verbal  :Kinesikal (bahasa tubuh),Gestural (gerak-gerik tubuh),Postural (sikap tubuh),Facial Expressions (akspresi muka),Symbolic Cloting (pakaian symbol),Signal (Bel, Bedug, Morse, Simapore),Pictorial (Poster, Billboard,Rambu-rambu lalu lintas)
    3. Teknik Komunikasi :
     Journalism,Public Relations,Advertising,Exhibition / Exposition,Propaganda,Publicity Etc.
    4. Metoda Komunikasi :
     Informative Communication
     Persuasive Communication
     Coersive / Intructive Communication
    5. Fungsi Komunikasi :
     Public Information,Publik Education,Publik Persuasion,Publik Entertaiment
    6. Tujuan Komunikasi : Social Change / Social Participation,Attitude Change,Opinion,Change,Behaviour Change
    7. Model Komunikasi :
     One Step Flow Communication
     Two Step Flow Communication
     Multi Step Flow Communication
    8. Bidang Komunikasi :
     Social Communication,Managemen Communication,Bussiness Communication,Political Communication,Cultural Communication,Traditional Communication,International Communication.
    9. Sistem Komunikasi :
    • Social Responsibility System
    • Authoritian System
    10. Interaksi Komunikasi :
    • Komunikasi Sosial
    • Komunikasi Media (1994 : 10 –
    11)


    sumber : kutipan buku Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph. D.
Menurut Littlejohn, dalam bukunya "Theories of Human Communication", secara umumdunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat dibagi dalam 3 kelompok atau aliran pendekatan, yaitu: pendekatan scientific (ilmiah - empiris), pendekatan humanistic (humanoria interperatif), serta pendekatan social sciences (ilmu - ilmu sosial). 

Aliran pendekatan scientific umumnya berlaku di kalangan para ahli ilmu - ilmu eksakta (seperti fisika, biologi, kedokteran, matematika, dll). Menurut pandangan ini ilmu diasosiasikan dengan objektivitas. Maksudnya adalah objektivitas yg menekankan prinsip standarisasi observasi dan konsistensi. Landasan filosofisnya adalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan struktur.
Ciri utama lainnya dari kelompok pendekatan ini adalah adanya pemisahan yg tegas antara known (objek atau hal yg ingin diketahui dan diteliti) dan knower (subjek pelaku/pencari pengetahuan atau pengamat)
Apabila aliran pendekatan scientific mengutamakan prinsip objektivitas, maka kelompok pendekatan humanistic mengasisiasikan ilmu dengan prinsip subjektivitas. perbedaan - perbedaan pokok antara kedua aliran pendekatan ini antara lain sebagai berikut:
  1. Aliran scientific, ilmu bertujuan untuk menstandarisasi observasi, sedangkan aliran humanistic mengutamakan kreativitas individual.
  2. Aliran scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaan - perbedaan pandangan tentang hasil pengamatan, sementara aliran humanistic bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif individual.
  3. Aliran scientific memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yg berada di sana (out there), di luar diri pengamat/peneliti. Sedangkan aliran humanistic melihat ilmu pengetahuannya sebagai sesuatu yg berada di sini (in here), berarti dalam diri pengamat/peneliti (pemikiran, interpretasi)
  4. Aliran scientific memfokuskan perhatiannya pada dunia hasil penemuan (discovered world), sedangkan aliran humanistic menitikberatkan perhatiannya pada dunia para penemunya (discovering person).
  5. Aliran scientific berupaya memperoleh konsensus, sementara aliran humanistic mengutamakan interpretasi - interpretasi alternatif.
  6. Aliran scientific membuat pemisahan yg tegas antara known dan knower, sedangkan aliran humanistic cenderung tidak memisahkan kedua hal tersebut.

Rabu, 29 Februari 2012

Memahami Teori Komunikasi Pendekatan, Pengertian, Kerangka Teori Analisis dan Perspektif

1. Pemahaman Konseptual: Pendekatan dan Pengertian

Menurut  Littlejohn, dalam bukunya Theoris of Human Communication, secara umum dunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat di bagi dalam 3 kelompok aliran pendekatan. ketiga kelompok tersebut adalah pendekatan scientific, pendekatan humanistic, serta pendekatan social sciences.
Pendekatan yang pertama menekankan pentingnya objektivitas yang di dasarkan atas standarisasi observasi. Pendekayan ini juga membuat pemisahan yang tegas antara known dan knower. Pendekatan ini lazim dugunakan dalam ilmi-ilmu eksakta.

Pendekatan kedua mengasosiasikan ilmu dengan prinsip "subjektivitas". Ilmu, menurut pendekatan ini merupakan suatu hasil interprestasi subjektif yang berada di dalam diri peneliti.

pendekatan ketiga inilah yang diterapkan dalam ilmu pengetahuam sosial, termasuk ilmu komunikasi. Dalam perkembangan sekarang ini, pendekatan yang ketiga ini terbagi dalam dua kubu: ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral science) dan ilmu pengetahuan sosial (social science).



Apabila aliran pendekatan scientific mengutamakan prinsip objektivitas, maka kelompok pendekatan humanistic mengasisiasikan ilmu dengan prinsip subjektivitas. perbedaan - perbedaan pokok antara kedua aliran pendekatan ini antara lain sebagai berikut:
  1. Aliran scientific, ilmu bertujuan untuk menstandarisasi observasi, sedangkan aliran humanistic mengutamakan kreativitas individual.
  2. Aliran scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaan - perbedaan pandangan tentang hasil pengamatan, sementara aliran humanistic bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif individual.
  3. Aliran scientific memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yg berada di sana (out there), di luar diri pengamat/peneliti. Sedangkan aliran humanistic melihat ilmu pengetahuannya sebagai sesuatu yg berada di sini (in here), berarti dalam diri pengamat/peneliti (pemikiran, interpretasi)
  4. Aliran scientific memfokuskan perhatiannya pada dunia hasil penemuan (discovered world), sedangkan aliran humanistic menitikberatkan perhatiannya pada dunia para penemunya (discovering person).
  5. Aliran scientific berupaya memperoleh konsensus, sementara aliran humanistic mengutamakan interpretasi - interpretasi alternatif.
  6. Aliran scientific membuat pemisahan yg tegas antara known dan knower, sedangkan aliran humanistic cenderung tidak memisahkan kedua hal tersebut.





Teori Komunikasi
Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian, yaitu:
  1. Teori adalah abstraksi dan realitas
  2. Teori terdiri dari sekumpulan prinsip - prinsip dan definisi - definisi yg secara konseptual mengorganisasikan aspek - aspek dunia empiris secara sistematis
  3. Teori terdiri dari asumsi - asumsi, proposisi  - proposisi, dan aksioma - aksioma dasar yg saling berkaitan
  4. Teori terdiri dari teorema - teorema, yakni generalisasi - generalisasi yg diterima / terbukti secara empiris
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori pada dasarnya merupakan "konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena". Teori memiliki 2 ciri umum, yaitu:
  1. Semua teori adalah "abstraksi" mengenai suatu hal. Dengan demikian teori sifatnya terbatas.
  2. Semua teori adalah konstruksi ciptaan individual manusia. Oleh sebab itu sifatnya relatif tergantung pada cara pandang si pencipta teori.
Berdasarkan uraian diatas, secara sederhana teori komunikasi pada dasarnya merupakan "Konseptualisasi atau penjelasan logis tentang fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia".

Menurut Littlejohn, penjelasan dalam teori berdasarkan pada "prinsip keperluan" (the principle of necessity), yakni suatu penjelasan yg menerangkan variabel - variabel apa yg kemungkinan di perlukan untuk menghasilkan sesuatu. Selanjutnya Littlejohn menjelaskan bahwa prinsip keperluan ini ada 3 macam: (1) casual necessity (keperluan kasual); (2) practical necessity (keperluan praktis); (3) logical necessity (keperluan logis).

Sifat dan tujuan teori menurut Abraham Kaplan (1964), adalah bukan semata untuk menemukan fakta yg tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta merepresentasikan fakta tersebut. Suatu teori harus sesuai dengan dunia ciptaan Tuhan, dalam arti dunia yg sesuai dengan ciri yg dimilikinya sendiri.

Menurut Littlejohn, fungsi teori ada 9, yaitu:
  1. Mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan tentang suatu hal. Ini berarti bahwa dalam hal mengamati realitas kita tidak boleh melakukannya secara sepotong - sepotong.
  2. Memfokuskan, artinya hal - hal atau aspek - aspek dari suatu objek yg diamati harus jelas fokusnya.
  3. Menjelaskan, maksudnya adalah bahwa teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yg diamatinya.
  4. Pengamatan, menunjukkan bahwa teori tidak saja menjelaskan tentang apa yg sebaiknya diamati, tetapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya.
  5. Membuat prediksi, meskipun kejadian yg diamati berlaku pada masa lalu, namun berdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuat suatu perkiraan ttentang kadaan yg akan terjadi apabila hal - hal yg digambarkan oleh teori juga tercerminkan dalam kehidupan di masa sekarang.
  6.  Fungsi heuristic atau heurisme. Aksioma umum menyebutkan bahwa teori yg baik adalah teori yg mampu merangsang penelitian. Ini berarti bahwa teori yg diciptakan dapat merangsang timbulnya upaya - upaya penelitian selanjutnya.
  7. Komunikasi, menunjukkan bahwa teori seharusnya tidak menjadi monopoli si penciptanya. Teori harus di publikasiikan, didiskusikan, dan terbuka terhadap kritikan - kritikan.
  8. Fungsi kontrol, bersifat normatif. Hal ini dikarenakan bahwa asumsi - asumsi teori dapat kemudian berkembang menjadi norma - norma atau nilai - nilai yg dipegang dalam kehidupan sehari - hari.
  9. Fungsi Generatif, fungsi ini sangat menonjol di kalangan pendukung tradisi / aliran pendekatan interperatif dan teori kritis.
 Proses pengembangan atau pembentukan teori umumnya mengikuti model pendekatan eksperimental yg lazim dipergunakan dalam ilmu pengetahuan alam. Menurut pendekatan ini, biasa disebut hypothetico - deductive method (metode hipotetis-deduktif), proses pengembangan teori melibatkan empat tahap sebagai berikut:
  1. Developing questions (mengembangkan pertanyaan).
  2. Forming hypotheses (menyusun hipotesis).
  3. Testing the hypotheses (menguji hipotesis).
  4. Formulating theory (memformulasikan teori).
Proses dari keempat tahap pengembangan teori ini dijelaskan oleh Littlejohn sebagai berikut:
Gambar di atas menunjukkan bahwa pertama, asumsi - asumsi teori dideduksi menjadi hipotesis. Kemudian hipotesis ini dirinci lagi ke dalam konsep - konsep operasional yg dapat dijadikan sebagai patokan untuk pengamatan / observasi. Berdasarkan hasil - hasil temuan pengamatan yg dilakukan melalui metode dan pengukuran tertentu, kemudian dibuat generalisasi - generalisasi. Dan dari generalisasi - generalisasi ini akhirnya diinduksi menjadi teori.

Ada beberapa patokan yg dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengevaluasi kesahihan teori, yaitu:
  1. Cakupan Teoretis (theoretical scope). Dengan demikian persoalan pokok di sini adalah apakah suatu teori yg dibangun memiliki prinsip generality atau keberlakuan umum.
  2. Kesesuaian (appropriateness), yakni apakah isi teori sesuai dengan pertanyaan - pertanyaan / permasalahan - permasalahan teoretis yg diteliti.
  3. Heuristic. Pertanyaannya adalah apakah suatu teori yg dibentuk punya potensi untuk menghasilkan penelitian atau teori - teori lainnya yg berkaitan.
  4. Validitas (validity) atau konsistensi internal dan eksternal. Konsistensi internal mempersoalkan apakah konsep dan penjelasan teori konsisten dengan pengamatan. Konsistensi eksternal mempertanayakan apakah teori yg dibentuk didukung oleh teori - teori lainnya yg telah ada.
  5. Parsimony (kesederhanaan). Inti pemikirannya adalah bahwa teori yg baik adalah teori yg berisikan penjelasan - penjelasan yg sederhana.

Lingkup teori komunikasi

Pengertian dan ruang lingkup Komunikasi
Komunikasi berarti membuat menjadi sama
Dedy Mulyana: Komunikasi menyarankan bahwa pikiran suatu makna atau pesan di anut secara bersama
Definisi komunikasi: Usaha manusia menyampaikan isi pertanyaan atau pesan kepada manusia lain.
Fungsi komunikasi
Menyatakan dan mendukung identitas diri
Mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, berperilaku sesuai dengan apa yang kita inginkan
Mengendalikan lingkungan fisik & psikologis
Menyelesaikan masalah
Memuaskan rasa penasaran
Menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain
Menunjukan ikatan dengan orang lain
Memutuskan untuk melakukan dan tidak melakukan sesuatu
Meningkatkan kesadaran pribadi, kesadran fisik
Mengembangkan keberadaan suatu masyarakat
Konseptualitas komunikasi
- Komunikasi sebagai tindakan satu arah
- Komunikasi sebagai interaksi
- Komunkasi sebagai transaksi (verbal dan non verbal)
Prinsip prinsip komunikasi
Prinsip 1 = Komunikasi adalah suatu proses simbolik.
- Lambang atau simbol sesuatu yang di gunakan untuk menunjukan sesuatu
- Lambang atau simbol muncul karena kesepakatan bersama
- Lambang meliputi verbal dan non verbal
Prinsip 2 = Bersifat lambang
- Sembarangan
- Tidak memiliki makna, kita yang memaknai lambang tersebut
- Bervariasi
Prinsip 3 = Komunikasi setiap perilaku mempunyai potensi khusus
Prinsip 4 = Kumunikasi memeiliki dimensi isi (ditujukan secara verbal & non verbal tentang apa yang dikatakan)
Prinsip 5 = Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkatan kesengajaan meskipun kesengajaan bukan syarat utama
Prinsip 6 = Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Prinsip 7 = Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Prinsip 8 = Komunikasi bersifat sistematik
Prinsip 9 = Semakim mirip latar belakang sosial budaya nya semakin efektif sebuah komunikasi
Prinsip 10= Komunikasi bersifat non sekuensial
Prinsip 11= Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Prinsip 12= Komunikasi bersifat irresvisible
Prinsip 13= Komunikasi bukan panasean untuk menyelesaikan masalah
Organisasi
Suatu kesatuan sosial dari kelompok manusia yang saling beriteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota oraganisasi memiliki tugas dan fungsi, masing masing mempunyai tujuan tertentu dan batasan yang jelas sehingga bisa di pisahkan secara tegas dari lingkungan. Organisasi ada dua macam, Organisasi Formal dan organisasi informal.
Komunikasi dalam organisasi
- Komunikasi ibarat darah manusia dalam tubuh
- Komunikasi sebagai perekat organisasi
- Komunikasi sebagai minyak pelumas yang melicinkan fungsi organisasi
- Komunikasi sebagai pengikat sistem
Fungsi komunikasi dalam organisasi
- Proaksi dan regulasi
- Menentukan tujuan organisasi
- Menentukan area permasalahan
- Mengevakuasi performa
- Memberikan komando, instruksi, memimpin, dan mempengaruhi inovasi
- Mendapatkan informasi baru
- Cara mengkomunikasikan susuatu yang baru dalam sosialisasi dan perbaikan
- Harga diri anggota
Komunikasi dalam organisasi
- Downward communication (atasan ke bawahan)
- Peer horizontal communication (satu level)
- Upward communication (Bawahan – Atasan)


Cakupan/Ruang Lingkup Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Dimensi Komunikasi menyatakan bahwa ruang lingkup/cakupan komunikasi sebagai berikut :

1. Bentuk Komunikasi :
a) Personnal Communication (Komunikasi Pribadi) :
Intrapersonnal Communication (Komunikasi Intrapribadi)
Interpersonnal Communication (Komunikasi Interpersonal)
b) Group Communication (Komunikasi Kelompok) :
Small Group Communication (Lecture, Panel Discussion, Symposium, Seminar,
Brainstorming, Ect.)Large Group Communication / Public Speaking.
c) Mass Communication (Komunikasi Massa dengan medianya Pers, Radio, TV, Film,
dsb.)
2. Sifat Komunikasi :
a) Verbal            : Oral (Ucapan),Written (Tulisan)
b) Non-verbal  :Kinesikal (bahasa tubuh),Gestural (gerak-gerik tubuh),Postural (sikap tubuh),Facial Expressions (akspresi muka),Symbolic Cloting (pakaian symbol),Signal (Bel, Bedug, Morse, Simapore),Pictorial (Poster, Billboard,Rambu-rambu lalu lintas)
3. Teknik Komunikasi :
 Journalism,Public Relations,Advertising,Exhibition / Exposition,Propaganda,Publicity Etc.
4. Metoda Komunikasi :
 Informative Communication
 Persuasive Communication
 Coersive / Intructive Communication
5. Fungsi Komunikasi :
 Public Information,Publik Education,Publik Persuasion,Publik Entertaiment
6. Tujuan Komunikasi : Social Change / Social Participation,Attitude Change,Opinion,Change,Behaviour Change
7. Model Komunikasi :
 One Step Flow Communication
 Two Step Flow Communication
 Multi Step Flow Communication
8. Bidang Komunikasi :
 Social Communication,Managemen Communication,Bussiness Communication,Political Communication,Cultural Communication,Traditional Communication,International Communication.
9. Sistem Komunikasi :
• Social Responsibility System
• Authoritian System
10. Interaksi Komunikasi :
• Komunikasi Sosial
• Komunikasi Media (1994 : 10 – 11)



sumber : buku kutipan sasa djuarsa sebdjaja, Ph. D

Jumat, 02 Desember 2011

9. PRINSIP DASAR KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


1. Karakteristik Sumber

Sumber merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan komunikasi. Dalam hal ini, ada 3 (tiga) karakteristik sumber yang perlu diperhatikan yaitu:

  1. Credibility (kredibilitas)
Menunjuk pada suatu kondisi di mana si sumber dinilai mempunyai pengetahuan, keahlian, atau pengalaman yang relevan dengan topik pesan yang disampaikannya, sehingga pihak penerima menjadi percaya bahwa pesan yang disampaikannya itu bersifat objektif.

  1. Attractiveness (daya tarik)
Apabila sumber dinilai “menarik” oleh penerima, maka upaya meyakinkan dan persuasi akan lebih cepat berhasil karena adanya proses identifikasi dalam diri pihak penerima.

  1. Power (kekuasaan/kekuatan)
Secara umum dapat terjadi dalam empat cara, diantaranya kharisma, wibawa otoritas, kompetensi atau keahlian, compliance atau pemenuhan.
Dengan demikian dari segi sumber keberhasilan komunikasi ditentukan oleh kredibilitas, daya tarik, serta kekuatan/kekuasaannya untuk mempengaruhi pihak penerima.
                                           

2. Bentuk dan Teknik Perjanjian Pesan

Bentuk dan teknik penyajian pesan pada dasarnya mencakup 2 (dua) aspek: struktur dan daya tarik (appeals). Struktur pesan menunjuk pada cara mengorganisasikan elemen-elemen pokok dari pesan. Cara pengaturan struktur pesan mencakup 3 (tiga) hal:

  1. Sisi pesan (Message sidedness)
Pesan dapat di susun secara satu sisi (one sided) atau dua sisi (two sided).  Penyusunan yang satu sisi memberikan penekanan hanya pada posisi kepentingan pihak pengirim pesan. Biasanya yang ditonjolkan hanya hal-hal yang menyangkut kekuatan/kelebihan atau aspek positif dari suatu ide atau produk yang akan dikomunikasikan. Sementara pada penyusunan pesan yang bersifat dua sisi (two sided), disamping segi kekuatan dan aspek positif hal-hal yang merupakan kekurangan/kelemahan atau aspek-aspek negative dari suatu ide atau produk yang akan dikomunikasikan  juga ditampilkan.

  1. Urutan Penyajian (Order of presentation)
Climax versus anti climax order berkaitan dengan teknik penyajian pesan yang bersifat satu sisi (one sided). Model climax order menunjuk pada cara penyusunan pesan, dimana argument terpenting/terkuat dari isi pesan ditempatkan pada bagian akhir. Jika argument tersebut ditempatkan pada bagian awal, disebut sebagai anti climax order, semenjtara jika ditempatkan di tengah-tengah disebut sebagai pyramidal order. Recency and primacy model berkaitan dengan penyajian pesan yang bersifat dua sisi (two sided). Primacy model menunjuk pada teknik penyajian atau penyusunan pesan di mana spek-aspek positif kekuatan dari ide satu produk ditempatkan pada bagian awal, jika aspek-aspek positif/kekuatan dari ide atau produk tersebut ditempatkan di bagian akhir disebut recency model.

  1. Penarikan kesimpulan (Drawing a conclusion)
Penarikan kesimpulan atas isi penjelasan tentang suatu ide atau produk yang dikomunikasikan dapat dilakukan secara langsung dan jelas (eksplisit) dalam arti bahwa dapat juga dilakukan secara tidak langsung (implisit) dalam arti bahwa penarikan kesimpulan diserahkan kepada pihak khalayak sendiri.

Sementara itu, ada 4 (empat) pendekatan yang dapat dipergunakan agar penyajian pesan menarik perhatian khalayak. Keempat pendekatan tersebut adalah: fear appeals, Rational appeals, emotional appeals, dan pendekatan humoris.

3. Karakteristik Saluran Komunikasi

Terdapat tiga saluran komunikasi yang dapat dipergunakan dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat: saluran komunikasi personal, media massa dan media tradisional. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Kombinasi penggunaan dari ketiga saluran komunikasi tersebut akan menghasilkan dampak yang lebih optimal.
Pemilihan satu atau beberapa media sebaiknya didasarkan atas 2 (dua) pertimbangan. Pertama, pertimbangan yang menyangkut karakteristik media. Kedua, pertimbangan yang menyangkut karakteristik isi dan penyajian pesan yang akan disampaikan (karakteristik kreatif).

4. Karakteristik Khalayak

Khalayak (audience), juga merupakan faktor penentu keberhasilan komunikasi. Karena, bagi komunikasi tentunya patokan keberhasilan upaya komunikasi yang di lakukan itu merupakan pesan-pesan yang disampaikan melalui suatu saluran medium dapat diterima/sampai ke khalayak sasaran, dipahami dan mendapatkan tanggapan positif, dalam arti sesuai dengan harapan"si komunikator. Khalayak bukanlah merupakan sekumpulan dari individu-individu yang bersikap dan bertindak “pasif”. Mereka aktif dan juga selektif. Terhadap isi pesan yang sama, boleh jadi akan terdapat perbedaan-perbedaan di kalangan khalayak mengenai perhatian, pemahaman, tanggapan serta tindakan yang timbul. Dalam hal ini Schramm (1974) menyatakan dengan tegas bahwa seorang perancang komunikasi yang baik tidak akan memulai upayanya dari "apa yang harus dikatakan", “saluran apa yang akan dipergunakan”, atau "bagaimana cara mengatakannya", melainkan terlebih dahulu mempertanyakan "Siapa yang akan menjadi saluran penyampaian pesan". Dalam proses komunikasi massa (komunikasi melalui media massa) irmplikasi dari pernyataan Schramm tersebut bahwa sebelum komunikasi mempengaruhi khalayak melalui pesan-pesan yang disebarluaskannya, khalayak telah terlebih dahulu mempengaruhi komunikator. Komunikator akan berubah mengumpulkan data dan informasi mengenai karakteristik dari para warga khalayak yang akan dijadikan sasarannya. Atas dasar hal-hal inilah baru komunikator. Komunikator akan berusaha menyimpulkan data dan informasi mengenai karakteristik dari para warga khalayak yang akan dijadikan sasarannya. Atas dasar hal-hal inilah baru komunikator akan dapat menentukan "apa" yang akan disampaikan dan "bagaimana" cara menyampaikannya.
Sumber: Pengantar Ilmu Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja.

Terdapat sedikitnya 8 (delapan) karakteristik khalayak yang perlu diketahui. Delapan karakteristik tersebut adalah:

  1. Khalayak adalah penggarap informasi
  2. Penggaraf adalah problem solver
  3. Khalayak adalah mediator
  4. Khalayak selalu mencari pembela
  5. Khalayak adalah anggota kelompok
  6. Khalayak adalah kelompok
  7. Khalayak mempunyai selera
  8. Khalayak adalah khalayak suatu medium

8. KOMUNIKASI DAN BUDAYA


1. PERANAN KEBUDAYAAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Peranan Kebudayaan Bagi Manusia
Pada dasarnya manusia yang lahir dan berkembang mengikuti dan mencontoh nilai-nilai yang berada di lingkunganya, hal ini tidak terlepas dari peranan wilayah sekitar yang memberikan contoh dalam perkembangan pada setiap manusianya. Budaya memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan manusianya, sebagai contoh, setiap manusia memiliki naluri dan kemampuan menyerap apa yang menjadi contoh di kehidupanya, di ibaratkan sebuah balon gas berwarna warni yang dapat terbang di udara, kita melihat balon itu dapat terbang bukan berdasarkan warnanya, namun yang menjadi intinya adalah isi dari balon tersebut. Dari beberapa panjabaran diatas ada beberapa sedikit kesimpulan yang di ambil tentang makna kebudayaan, dimana kebudayaan sangat berperan penting dalam setiap kehidupan manusia sebagai landasan berfikir dan bertindak.

Dengan memaknai dan mengamalkan arti dari kebudayaan kita dapat menyimpulkan bahwasanya kebudayaan sebagai landasan dasar manusia untuk berkembang dan bertindak di dalam kehidupan. Jika kita mengutip perkataan dari beberapa tokoh seperti yang di utarakan Mohamad Hatta tentang kebudayaan, dimana kebudayaan selalu berkaitan dengan hal-hal yang bersifat baik, jadi kebudayaan menurut Hatta sendiri adalah suatu hal yang lebih ditekankan pada hal yang baik dan tidak terkesan negative. Sebagai contoh seorang mahasiswa yang belajar ilmu matematika dan kemudian dalam pengamalanya ilmu tersebut di gunakan bukan untuk hal yang bersifat negative namun ilmu tersebut di gunakan untuk membangun kehidupan sesama manusianya.

Proses humanisasi adalah hal yang harus ditekankan dalam kehidupan bermasyarakat, ketika manusia bisa memanusikan sesamanya, hal ini jelas sangat penting di tekankan di kehidupan kita. Pengaruh globalisasi yang terbentuk dalam ruang-ruang yang lebih sempit (glokalisasi) yang diutarakan Ritzer, sangatlah mengusik tatanan budaya pada masyarakat lokalnya. Cepatnya arus informasi, teknologi dan perputaran barang pada satu waktu yang bersamaan dapat memberikan kemudahan bagi manusianya, namun disisi lain hal ini sangat berpengaruh terhadap tatanan budaya lokalnya. Tatanan nilai-nilai lokal harus di pelihara sedemikian baik sehingga masyarakat dapat memfilter segala bentuk hal yang dapat merusak tatanan budaya masyarakat lokalnya.

Berkaca pada kondisi sekarang ini, begitu banyak kejadian yang mengusik hati kita, seperti ketika manusia tidak dapat menjaga sesamanya, kemiskinan yang tidak dapat di tuntaskan. Hal ini tidak terlepas dari rusaknya dan tidak berfungsinya manusia dalam mengamalkan makna kebudayaan yang sebenarnya. Budaya adalah sebagai dasar yang membentuk setiap prilaku manusianya, jika budaya yang bersifat baik dapat diamalkan maka tatanan kemanusiaan akan terjaga dengan baik, namun jika budaya sudah tidak bias lagi di pahami dan dimaknai dan terkesan terusak dan terabaikan maka akan timbul hal yang sebaliknya.

2. PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP KOMUNIKASI

Samovar (1981: 38-46) membagi berbagai aspek kebudayaan ke dalam tiga pembagian besar unsure-unsur social budaya yang secara langsung sangat mempengaruhi penciptaan makna untuk persepsi, yang selanjutnya menentukan tingkah laku komunikasi. Pengaruh-pengaruh terhadap komunikasi ini sangat beragam dan mencakup semua segi kegiatan sosial manusia.


1.Sistem Keyakinan, Nilai dan Sikap Keyakinan
Keyakinan secara umum diartikan sebagai perkiraan secara subjektif bahwa sesuatu objek atau peristiwa ada hubungannya dengan objek atau peristiwa lain, atau dengan nilai, konsep, atribut tertentu. Singkatnya, suatu objek atau peristiwa diyakini memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Keyakinan ini mempunyai derajat kedalaman atau intensitas tertentu.

2. Nilai
Nilai atau nilai-nilai merupakan aspek evaluatif dari system keyakinan, nilai, dan sikap. Dimensi-dimensi evaluatif mencakup kualitas-kualitas seperti kegunaan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan dan pemberian kepuasan. Walaupun nilai-nilai bisa bersifat unik dan individual, tetapi ada pula yang sudah cenderung merasuk dalam suatu kebudayaan, yakni yang disebut nilai-nilai kebudayaan.

3. Sistem Sikap

Kepercayaan atau keyakinan serta nilai-nilai melandasi perkembangan dan isi dari system sikap. Secara formal, sikap dirumuskan sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan respons (tanggapan) secara konsisten terhadap objek orientasi tertentu. Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu:
(1) Komponen kognisi atau keyakinan,
(2) Komponen evaluasi, dan (3) Komponen intensitas atau harapan. Intensitas dari sikap berlandaskan pada derajat penyaluran akan kebenaran dari sikap keyakinan dan evaluasi.

4. pandangan hidup tentang dunia
pandangan hidup merupakan orientasi suatu kebudayaan terhadap hal-hal seperti manusia, alam semesta dan masalah-masalah filsafat lainnya yang berkaitan dengan konsep keberadaan (being). Singkatnya, pandangan hidup membantu kita untuk menentukan tempat dan tingkat kita sendiri dalam alam semesta ini.

3. KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN PEMAKAIANNYA

Yang dimaksudkan dengan komunikasi antarbudaya komunikasi antara orang-orang yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda-beda. Perbedaan budaya tersebut dapat mulai dari tingkat individu, kelompok sosial, etnis/ras, negara, hingga dunia. Dalam komunikasi antarbudaya dikenal pula interaksi antara kebudayaan dominan dan kebudayaan sub ordinat.
Perbedaan budaya dapat menimbulkan konflik. Untuk masa kini komunikasi antarbudaya telah menjadi pusat perhatian orang, baik sebagai individu, domestik, maupun internasional. Komunikasi antarbudaya juga penting dalam melaksanakan difusi inovasi.


sumber : buku pengantar ilmu komunikasi , http://alayyubi23.blogspot.com/2011/04/belajar-komunikasi-2.html


http://cai.elearning.gunadarma.ac.id/webbasedmedia

7. KOMUNIKASI MASA


1. PROSES DAN KARAKTERISTIK ISI PESAN KOMUNIKASI MASA

Dengan mengikuti formula Lasswell dapat di pahami bahwa dalam Proses Komunikasi Massa terdapat lima unsur dalam proses komunikasi, yaitu :

  1. Who (siapa) : Komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikasi massa, bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi maupun instansi. Segala masalah yang bersangkutan dengan unsur “ siapa” memerlukan analisis kontrol (control analysis) yaitu analisis yang merupakan subdivisi dari riset lapangan.

  1. Says What (apa yang dikatakan) : pernyataan umum, dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan, dan sikap, yang sangat erat kaitannya dengan masalah analisis pesan.

  1. In Which Channel (melalui saluran apa) : media komunikasi atau saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi. Dalam hal ini dapat digunakan primary technique, secondary technique, direct communication atau indirect communication (Edward Sapir dalam Dasar-dasar Retorika, Komunikasi dan Informasi, Lathief Rousydi, 1985: 68).

  1. To Whom (Kepada Siapa) : Komunikan atau audience yang menjadi sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan. Dalam hal ini diperlukan adanya analisis khalayak (audience analysis).

  1. With What Effect (dengan efek apa) : hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju. Berkaitan dengan efek ini diperlukan adanya analisis efek.

Karakteristik Isi Pesan Komunikasi Massa:

Isi pesan komunikasi massa terutama adalah pikiran, ada kalanya juga perasaan, tetapi hanya merupakan faktor pengaruhnya saja. Lambang (symbol) umumnya adalah bahasa. Pentingnya bahasa sebagai lambang, oleh karena tanpa bahasa, pikiran sebagai isi pesan tidak mungkin dikomunikasikan.
Lambang utama pada media radio adalah bahasa lisan, pada surat kabar bahasa tulisan, pada film dan televisi adalah gambar. Pesan yang disiarkan media massa bersifat umum. Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda antara satu sama lainnya. Disini dimensi seni tampak berperan, dalam menata suatu pesan. Tanpa dimensi seni sebagai unsur penata pesan, tak mungkin media surat kabar, majalah, radio, televisi dan film dapat memikat perhatian dan memukau khalayak yang pada gilirannya mengubah sikap, pandangan dan perilaku.mereka.

2. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASI MASA

Pengertian Komunikasi Massa :

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003 : 188), yakni Komunikasi Massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi terebut dapat diketahui bahwa Komunikasi Massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orag, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan Komunikasi Massa.

Definisi Komunikasi Massa yang lebih terperinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies“. (Komunikai Massa adalah produksi dan distribusiyang berdasarkan tekhnologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industry (Rakhmat, 2003 : 188).

Definisi Komunikasi Massa dari Meletzke berikut ini memperlihatkan sifat dan cirri komunikasi yang satu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan media massa, juga sifat pesannya yang terbuka untuk semua orang. Dalam definisi Meletzke, Komunikasi Massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dansatu arah pada publik yang tersebar (Rakhmat, 2003 : 18) istilah tersebar menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak penerima pesan tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat.

Definisi Komunikasi Massa menurut Freidson dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasidari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat (Rakhmat, 2003 : 188).

Definisi Komunikasi Massa yang dikemukakan wright, ialah bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut: diarahkan pada khalayak yang relatife besar, heterogen dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secaraserentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar. Definisi Wright mengemukakan karakteristik komunikan secara khusus, yakni anonim dan heterogen. Ia juga menyerbutkan pesan diterima komunikan secara serentak (simultan) pada waktu yang sama, serta sekilas(khusus untuk media elektronik, seperti radio siaran dan televisi).

Kompleksnya Komunikasi Massa dikemukakan oleh Severin dan Tankard Jr., 1992 : 3), dalam bukunya Communicatio Theories: Origins, Methods, And Uses In The Mass Mediayang definisinya diterjemahkan oleh Effendy sebagai berikut: “Komunikasi Massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu.

Ahli Komunikasi lainnya, Joseph A. Devito merumuskan definisi Komunikasi Massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang media yang digunakannya. Ia mengemukakan defisinya dalam dua item, yakni: “pertama, Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditunjukkan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayal meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agar sukar untuk didefinisikan. Kedua, Komunikasi Massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan/ atau visual. Komunikasi barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film” (Effendy, 1986: 26)

Menyimak berbagai definisi Komunikasi Massa yang dikemukakan para ahli komunikasi, tampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian Komunikasi Massa. Bahkan, secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui pula cirri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya.

Rakhmat merangkum definisi-definisi Komunikasi Massa tersebut menjadi: “Komunikasi Massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat dfiterima secara serentgak dan sesaat (Rakhmat, 2003: 189).


Karakteristik Komunikasi Massa:

  1. Komunikator Terlembagakan
Ciri Komunikasi Massa yang pertama adalah Komunikatornya. Kita sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media cetak maupun elektronik.

  1. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi Massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.

  1. Komunikannya Anonim dan Heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi antarpesona, komunikator akan  mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya, seperti: nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya.

  1. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Kelebihan Komunikasi Massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

  1. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan (Mulyana, 2000: 99). Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. Sementara Rakhmat (2003) menyebutnya sebagai proporsi unsur isi dan unsure hubungan.

  1. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Selain ada ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, ada juga cirri komunikasi massa yang merupakan kelemahannya. Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpesona. Dengan kata lain, komunikasi massa itu bersifat satu arah.

  1. Stimulasi Alat Indra Terbatas
Ciri Komunikasi Massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya, adalah stimulasi alat indra yang terbatas. Pada komunikasi antarpesona yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indra pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan secara maksimal.

  1. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect)
Komuponen Umpan Balik atau yang lebih popular dengan sebutan feed-back merupakan faktor penting dalam proses komunikasi antarpesona, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.
             
Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidka terbatas pada komunikasi antarpesona. Bila penulis memberikan kuliah pasa anda secara tatap muka, penulis akan memperhatikan bukan saja ucapan anda, tetapi juga kedipan mata, gerak bibir, posisi tubuh, intonasi suara, dan gerakan lainnya yang dapat penulis artikan. Semua symbol tersebut merupakan umpan balik yang penulis terima lewat seluruh alat indra penulis. Umpan Balik ini bersifat langsung (direct), atau segera (immediate). Seedangkan dalam proses komunikasi massa, umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan tertunda (delayed). Artinya, komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya.

3. Fungsi Komunikasi Massa:

                Fungsi Komunikasi Massa menurut Dominick (2001) terdiri dari:

1.                          Surveillance (pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama:
(a). warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); (b). instrumental surveillance(pengawasan instrumental).

Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer.
               
Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

2.             Interpretation (penafsiran)

Fungsi penafsiran hamper mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan.
               
Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan pada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya.

3.             Linkage (pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage atau (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

4.             Transmission of Values (penyebaran nilai-nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok.

5.             Entertainment (hiburan)

Sulit dibntah lagi bahwa pada kenyataannya hamper semua media menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan. Hamper tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Begitu pun radio siaran, siarannya banyak memuat acara hiburan. Memnag ada beberapa stasiun televisi dan radio siaran yang lebih mengutamakan tayangan berita. Demikian pula halnya dengan majalah. Tetapi, ada beberapa majalah yang lebih lebih mengutamakan berita seperti Time dan News week, Tempo dan Gatra.

Sementara itu, Effendy (1993) mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum adalah:

1.                          Fungsi Informasi

Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. Khalayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi yang terjadi.

2.                          Fungsi Pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama, cerita, diskusi dan artikel. Contohnya, dalam televisi swasta ada acara pendidikan bagi ibu dan balita yang dipandu oleh orang-orang yang berkompeten dalam bidang-bidang yang ada kaitannya dengan pendidikan anak-anak.

3.                          Fungsi Memengaruhi

Fungsi memengaruhi dari media massa secara implicit terdapat pada tajuk/editorial,features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar.

 Menurut Devito (1996) menyebutkan  fungsi komunikasi massa secara khusus, adalah:

1.                          Fungsi Meyakinkan (to persuade)
Fungsi Komunikasi Massa secara umum antara lain memberikan hiburan kepada khalayaknya. Namun ada fungsi yang tidak kalah penting dari media massa yaitu fungsi meyakinkan atau persuasi. Menurut Devito (1996), persuasi bisa datang dalam bentuk:
a. Mengukuhkan atau memperkuat sifat, kepercayaan atau nilai seseorang;
b. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilkai seseorang;
c. Mengerakan seseorang untuk melakukan sesuatu; dan
d. Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu.

2.                          Fungsi Mengerahkan Status

Penganugerahan Status (status conferral) terjadi apabila berita yang disebarluaskan melaporkan kegiatan individu-individu tertentu sehingga prestise (gengsi) mereka meningkat.

3.                          Fungsi Membius (narcotization)

Salah satu fungsi media massa yang pakling menarik dan paking banyak dilupakan adalh fungsi membiusnya (narcotization) ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu harus diambil. Sebagai akibatnya, pemirssa atau penerima terbius kedalam keadaan pasif, seakan-akan berada dalam pengaruh narkotik (Devito, 1996).

4.                          Fungsi Menciptakan Rasa Kebersatuan

Fungsi Komunikasi Massa yang tidak banyak disadari oleh kita semua adalah kemam-puannya untuk membuat kita merasa menjadi anggota suatru kelompok. Sebagai contoh, seseorang yang sedang sendirian, ke-sepian dirumah yang besar, duduk diruang keluarga sambil minum teh dan menonton televisi.

5.                          Fungsi Privatisasi

Privatisasi adalh kecenderungan bagi seseorang untuk menarik diri dari sekelompok social dan mengucilkan diri kedaqlam dunianya sendiri. Beberapa ahli berpendapat bahwa berlimpahnya informasi yang dijejalkan kepada kita telah membuat kita merasa kekurangan laporan yang gencar tentang perang, inflasi, kejahatan, dan pe-ngangguran membuat sebagian orang merasa begitu putus asa sehingga mereka menarik diri kedalam dunia mereka sendiri.


4. Dampak Komunikasi Massa:

Media Massa secara pasti mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Bukti sederhana terjadi pada seorang remaja laki-laki yang mengenakan topi seperti yang dipakai aktor dalam satu tayangan komedi ditelevisi. Anak-anak lainnya pun dengan segera meniru budayanya, sosial dan politik dipengaruhi oleh media (Agee, 2001).
               
Media membentuk opini public untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Kampanye nasional larangan merokok ditempat-tempat umum memiliki kekuatan pada pertengahan tahun 1990-an dengan membanjirnya berita-berita tentang bahaya merokok bagi kesehatan perokok pasif. Public pun mendukung Presiden Clinton yang mengemukakan isu nasional tahun 1995, yaitu diberlakukannya peraturan pemerintah federal tentang larangan merokok bagi anak remaja. Kampanye serupa tentang pencegaha penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)dilakukan melalui media massa disini secara instan media massa dapat membentuk kristalisasi opini publik untuk melakukan tindakan tertentu kadang-kadang kekuatan media massa hanya sampai ranah sikap (Agee, 2001: 24-25).

Dominick (2000) menyebutkan tentang dampak komunikasi massa pada pengetahuan, persepsi dan sikap orang-orang. Media massa, terutama televisi, yang menjadi agen sosilisasi (penyebaran nilai-nilai) memainkan peranan penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan.

Isi pesan komunikasi massa terutama adalah pikiran, ada kalanya juga perasaan, tetapi hanya merupakan faktor pengaruhnya saja. Lambang (symbol) umumnya adalah bahasa. Pentingnya bahasa sebagai lambang, oleh karena tanpa bahasa, pikiran sebagai isi pesan tidak mungkin dikomunikasikan.
Lambang utama pada media radio adalah bahasa lisan, pada surat kabar bahasa tulisan, pada film dan televisi adalah gambar. Pesan yang disiarkan media massa bersifat umum. Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda antara satu sama lainnya. Disini dimensi seni tampak berperan, dalam menata suatu pesan. Tanpa dimensi seni sebagai unsur penata pesan, tak mungkin media surat kabar, majalah, radio, televisi dan film dapat memikat perhatian dan memukau khalayak yang pada gilirannya mengubah sikap, pandangan dan perilaku.mereka.

Sumber: Buku Komunikasi Massa